Oleh: Bangun Lubis
Sebuah kata yang sangat lama dinantikan, kini
menyeruak ibarat sebuah bom yang meledak
menyemburkan darah dari segenap pembuluh nadi ummat Islam. Kata itu adalah
‘bangkit’. Lihatlah dimana-mana, tiada kata yang sangat bersahabat didengar
kecuali kebangkitan ummah.
Dulu,
banyak pengamat menilai umat Islam (sebelum 411) sebagai // the sleeping giant,//
(gajah tidur) maka kini //“raksasa”//
itu sudah bangun. Indonesia dikenal pada saat ini sebagai negara dengan
penduduk Muslim terbesar di dunia. Tidak begitu bergairah suatu kegiatan dunia bila
tak menyertakan Indonesia. Baik itu budaya, politik maupun ekonomi.Sebelumnya, tak seorang pun merasa gentar atau menaruh hormat dengan kebesaran jumlah ummat Islam tersebut, nampaknya ia kosong dari substansi, begitu kata Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam (Jakarta Pusat: Baitul Ihsan, 2006), 1), namun saat ini kondisinya sudah lain.
Meskipun sepertinya pandangan ini murni dilihat dari sisi tradisi ilmiah. Namun, sisi ini pun umat Islam Indonesia tengah bangkit. Energi penistaan Al Quran surah Al-Ma’idah 51 memang memang sangat ‘magis’.
Mampu menyadarkan umat bahwa kitab suci mereka sedang “diserang”, ulama’ Islam dilecehkan, dan ‘aqidahnya dipertaruhkan. Maka, lahirlah kesadaran kolektif dan kekuatan ukhuwwah yang selama ini banyak yang mempertanyakan. Peristiwa bersejarah 411 adalah jawaban untuk sebuah keraguan.
Ajarannya
ummat Islam dimana-mana di dunia di“kerdilkan”.
Kini ummat Islam juga bangkit, karena dimana-mana diintimidasi –baik halus
maupun kasar–, didiskreditkan, bahkan dijajah dan dilenyapkan. Palestina, Iraq,
Suriah, dan Myanmar diantara contohnya.
Di Indonesia, Islam dan ummatnya juga mengalami hal yang sama:
didiskreditkan, diintimidasi, bahkan dijajah –terutama secara ekonomi dan
politik. Hal ini mengingatkan kita kepada pernyataan politisi Muslim dari
Masyumi, pahlawan nasional, sekaligus guru bangsa, Dr. Mohammad Natsir. Dikutip
dari // Hidayatullah.com,// Katanya,
“Umat Islam jika beribadah akan dibiarkan. Jika berekonomi akan diawasi. Dan
jika berpolitik akan dicabut ke akar-akarnya”Meskipun ada Muslim yang jadi politisi saat ini, kiprah bela Islam mereka harus masih dimotivasi. Begitu juga yang ekonom, kedermawanannya untuk umat ini masih butuh stimulus lanjutan. Kini riak kebangkitan Islam dan umatnya semakin nyata.
Memang, kecintaan kepada Al-Quran adalah
bagian dari keimanan. Dan beriman kepada kitab suci adalah satu dari enam
fondasi keimanan. Maka, yang KTP-nya doank namun tak tergerak bela Al-Quran
harus segera check up ‘aqidahnya. Saat ini, Islam KTP hanya berlaku di sinetron.
Namun begitu, kebangkitan ini jangan sampai sebatas euforia sesaat. Karena
bisa melenakan, menina-bobokan siapapun. Ia harus dikawal ketat, agar berjalan
sampai ke puncak: Islam dijadikan sebagai the only way of our life:
jadi pandangan hidup, jadi sandaran hukum, jadi sumber peradaban dan
kebudayaan. Untuk itu, kebangkitan ini harus diakhiri dengan kemenangan. Tetapi
Allah kasih syaratnya kepada kita, yaitu: (1) beriman dan (2) perbanyak amal-saleh.
Namun Allah berfirman; ”…// jangan kufur
setelah peroleh karunia ini, karen bisa jadi fasiq// (Qs. an-Nur [24]: 55).Mari kita lanjutkan perjuangan; wujudkan kemenangan; dan jangan absen dalam “panggilan” Allah meningkatkan ilmu dan ibadah.(*)
Eropa – Amerika Menuju Dunia Islam
Apa sebenarnya yang ditakuti
oleh Presiden terpilih Amerika Donald Trump terhadap Islam, sehingga dia sangat
benci dan hingga menyebutkan bahwa Amerika tertutup bagi kunjungan apalagi
peribadatan bagi umat muslim dunia.
Ternyata, dia melihat
gelagat bahwa saat ini Islam tengah berkembang pesat di daratan eropa seperti
Inggris, Jerman, Prancis maupun Rusia. Bahkan Negara-negara ini telah
mempersilahkan wagra muslim untuk ikut menyumbangkan pemikiran untuk membuat
undang-undang, hingga kebijakan Negara terhadap kesertaan umat muslim menjadi
pemimpin.
Contohnya Kota London
yang kini dipimpin oleh Khan yang menganut agama Islam. Namun, sebelum Khan pun
terpilih, ternyata pemandangan di setiap sudut kota London sudah terlihat
kebiasaan wanita-wanita berjilbab memenuhi pasar dan mall-mall setiap hari.
Shalat berjamaah di
sepanjang jalanan, kantor dan bahkan di
gedung megah yang telah berubah menjadi Mesjid di London, di Paris dan Rusia
sudah menjadi pemandangan biasa. Penganut Islam bukan lagi hanya warga Negara pendatang
atau non pri, tetapi juga warga Negara asli yang tadinya menganut agama
kristiani kini banyak yang menjadi muallaf.
Atas dasar keinginan
sendiri dan kesadaran jiwa dan Iman mereka menaruh simpati dan menjadi nyaman
menganut agama Islam. Bukan hanya masyarakat biasa tetapi juga para petinggi
Negara dan orang-orang berpangaruh di negeri itu dan orang-orang kaya, banyak
yang memilih Islam menjadi agamanya alias menjadi muallaf.
Sekarang, para tokoh
Negara – Negara di Eropa tidak bias menahan diri untuk tidak masuk Islam.
Mereka mengatakan sangat nyaman dengan memeluk agama Islam. Bahkan kabar yang
tersiar para petinggi kerajaan di Inggris Raya dan anak mantan presiden Amerika
Goerge Bush pun juga ikut memeluk agama Islam.
Betapa dahsyatnya
magnet Islam dewasa ini, hingga Donald Trump ingin membuat kebijakan yang dapat
membatasi persebaran umat Islam ke Amerika. Trump adalah orang yang sangat
pobhi terhadap Islam. Tetapi banyak yang meyakini bahwa sikap Trump itu
ternyata tidak ampuh untuk menahan derasnya arus orang Amerika untuk masuk
agama Islam mengikuti meluasnya persebaran Islam di Eropa.(*)
--000----
Islam KTP Itu Hanya Ada di Film Sinetron
Bila dahulu, seringkali
terdengar //guyonan// “Ah, kau kan
Islam KTP.” Menunjukkan bahwa seseorang itu, hanya tercatat Islam dalam KTP
(Kartu Tanda Pengenal-nya) saja.
Sekarang ungkapan itu tidak lagi kenyataan. Itu hanya ada dalam judul film
sinetron saja. Dalam duania nyata kini seorang Islam ibadahnya makin kuat.
Kesemua itu, bukanlah tidak terencana,
melainkan kesadaran yang tinggi dari segenap penganut agama Islam kian tampak
menguat dan makin militans. Makanya bila ada melihat orang tidak konsens dengan
ibadah, atau ada pemahaman yang mengkerdilkan Islam maka kontan saja semua
kata-kata tidak sedap diarahkan kepada mereka.
Lihatlah di setiap mall
telah ada muncul kajian-kajian Islam. Kantor pemerintahan pun, bila dulu masjid
tidak ada berdiri, kini makin diperluas. Bahkan bila pun bukan mesjid, namun
ruang-ruang dluaskan untuk menampung jamaah yang hendak salat bila waktu –
waktu salat telah dating.
Komuniatas-komunitas
wanita, anak muda dan bahkan umum, kini telah membentuk kelompok kajian Islam
agar ilmu agama mereka faham dan termasuk bagaimana cara beribadah yang benar.
Ustadz dan da’I tidak lagi terlihat berpangku tangan. Mereka harus menyambut
kehadiran ummah yang makin banyak untuk menuntuk ilmu agama Islam tersebut.
Semua merasa berdosa-
bilamana tidak menyambut kebangkitan ini. Bahkan, ungkapan santun menyebar
sebagai gambaran budaya Islam makin menyebar kesegenap hati ummah. Para
pengktritik dipinggirkan, karena tidak membangun. Ummat Islam yang banyak dan
jiwanya ditaburi kesadaran ini butuh kalimat dan kata-kata yang indah. Sebagai
gambaran Islam adalah agama yang begitu santun dan beradap.
Semua pihak tentu dibutuhkan
pemahaman dan pemikiran cerdasnya untuk mengantisipasi kebangkitan jiwa yang
telah dihadiahi Allah hidayah ini, agar kenyamanan beragama makin terasa.
Pemerintah pun tentu dibutuhkan mengambil peran untuk menhyediakan pendidikan
Islam yang bias mengenalkan agama secara ilmu kepada masyarakat yang jumlahnya
cukup besar ini.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar