Minggu, 27 November 2016

Kebangkitan Umat Islam Ibarat Darah yang Menyembur



 Oleh: Bangun Lubis


Sebuah kata yang sangat lama dinantikan, kini menyeruak ibarat  sebuah bom yang meledak menyemburkan darah dari segenap pembuluh nadi ummat Islam. Kata itu adalah ‘bangkit’. Lihatlah dimana-mana, tiada kata yang sangat bersahabat didengar kecuali kebangkitan ummah.
Dulu, banyak pengamat menilai umat Islam (sebelum 411)  sebagai // the sleeping giant,// (gajah tidur) maka kini //“raksasa”// itu sudah bangun. Indonesia dikenal pada saat ini sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Tidak begitu bergairah suatu kegiatan dunia bila tak menyertakan Indonesia. Baik itu budaya, politik  maupun ekonomi.
Sebelumnya,  tak seorang pun merasa gentar atau menaruh hormat dengan kebesaran jumlah ummat Islam tersebut, nampaknya ia kosong dari substansi, begitu kata Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam (Jakarta Pusat: Baitul Ihsan, 2006), 1),  namun saat ini kondisinya sudah lain.
Meskipun sepertinya pandangan ini murni dilihat dari sisi tradisi ilmiah. Namun, sisi ini pun umat Islam Indonesia tengah bangkit. Energi penistaan Al Quran surah Al-Ma’idah 51 memang memang sangat ‘magis’.
Mampu menyadarkan umat bahwa kitab suci mereka sedang “diserang”, ulama’ Islam dilecehkan, dan ‘aqidahnya dipertaruhkan. Maka, lahirlah kesadaran kolektif dan kekuatan ukhuwwah yang selama ini banyak yang mempertanyakan. Peristiwa bersejarah 411 adalah jawaban untuk sebuah keraguan.
Ajarannya ummat Islam dimana-mana  di dunia di“kerdilkan”. Kini ummat Islam juga bangkit, karena dimana-mana diintimidasi –baik halus maupun kasar–, didiskreditkan, bahkan dijajah dan dilenyapkan. Palestina, Iraq, Suriah, dan Myanmar diantara contohnya.
Di Indonesia, Islam dan ummatnya juga mengalami hal yang sama: didiskreditkan, diintimidasi, bahkan dijajah –terutama secara ekonomi dan politik. Hal ini mengingatkan kita kepada pernyataan politisi Muslim dari Masyumi, pahlawan nasional, sekaligus guru bangsa, Dr. Mohammad Natsir. Dikutip dari // Hidayatullah.com,// Katanya, “Umat Islam jika beribadah akan dibiarkan. Jika berekonomi akan diawasi. Dan jika berpolitik akan dicabut ke akar-akarnya”
Meskipun ada Muslim yang jadi politisi saat ini, kiprah bela Islam mereka harus masih dimotivasi. Begitu juga yang ekonom, kedermawanannya untuk umat ini masih butuh stimulus lanjutan. Kini  riak kebangkitan Islam dan umatnya semakin nyata.
 Memang, kecintaan kepada Al-Quran adalah bagian dari keimanan. Dan beriman kepada kitab suci adalah satu dari enam fondasi keimanan. Maka, yang KTP-nya doank namun tak tergerak bela Al-Quran harus segera check up ‘aqidahnya. Saat ini, Islam KTP hanya berlaku di sinetron.
Namun begitu, kebangkitan ini jangan sampai sebatas euforia sesaat. Karena bisa melenakan, menina-bobokan siapapun. Ia harus dikawal ketat, agar berjalan sampai ke puncak: Islam dijadikan sebagai the only way of our life: jadi pandangan hidup, jadi sandaran hukum, jadi sumber peradaban dan kebudayaan. Untuk itu, kebangkitan ini harus diakhiri dengan kemenangan. Tetapi Allah kasih syaratnya kepada kita, yaitu: (1) beriman dan (2) perbanyak amal-saleh. Namun Allah berfirman; ”…// jangan kufur setelah peroleh karunia ini, karen bisa jadi fasiq// (Qs. an-Nur [24]: 55).
Mari kita lanjutkan perjuangan; wujudkan kemenangan; dan jangan absen dalam “panggilan” Allah meningkatkan ilmu dan ibadah.(*)


Eropa – Amerika Menuju Dunia Islam

Apa sebenarnya yang ditakuti oleh Presiden terpilih Amerika Donald Trump terhadap Islam, sehingga dia sangat benci dan hingga menyebutkan bahwa Amerika tertutup bagi kunjungan apalagi peribadatan bagi umat muslim dunia.
Ternyata, dia melihat gelagat bahwa saat ini Islam tengah berkembang pesat di daratan eropa seperti Inggris, Jerman, Prancis maupun Rusia. Bahkan Negara-negara ini telah mempersilahkan wagra muslim untuk ikut menyumbangkan pemikiran untuk membuat undang-undang, hingga kebijakan Negara terhadap kesertaan umat muslim menjadi pemimpin.
Contohnya Kota London yang kini dipimpin oleh Khan yang menganut agama Islam. Namun, sebelum Khan pun terpilih, ternyata pemandangan di setiap sudut kota London sudah terlihat kebiasaan wanita-wanita berjilbab memenuhi pasar dan mall-mall setiap hari.
Shalat berjamaah di sepanjang jalanan, kantor  dan bahkan di gedung megah yang telah berubah menjadi Mesjid di London, di Paris dan Rusia sudah menjadi pemandangan biasa. Penganut Islam bukan lagi hanya warga Negara pendatang atau non pri, tetapi juga warga Negara asli yang tadinya menganut agama kristiani kini banyak yang menjadi muallaf.
Atas dasar keinginan sendiri dan kesadaran jiwa dan Iman mereka menaruh simpati dan menjadi nyaman menganut agama Islam. Bukan hanya masyarakat biasa tetapi juga para petinggi Negara dan orang-orang berpangaruh di negeri itu dan orang-orang kaya, banyak yang memilih Islam menjadi agamanya alias menjadi muallaf.
Sekarang, para tokoh Negara – Negara di Eropa tidak bias menahan diri untuk tidak masuk Islam. Mereka mengatakan sangat nyaman dengan memeluk agama Islam. Bahkan kabar yang tersiar para petinggi kerajaan di Inggris Raya dan anak mantan presiden Amerika Goerge Bush pun juga ikut memeluk agama Islam.
Betapa dahsyatnya magnet Islam dewasa ini, hingga Donald Trump ingin membuat kebijakan yang dapat membatasi persebaran umat Islam ke Amerika. Trump adalah orang yang sangat pobhi terhadap Islam. Tetapi banyak yang meyakini bahwa sikap Trump itu ternyata tidak ampuh untuk menahan derasnya arus orang Amerika untuk masuk agama Islam mengikuti meluasnya persebaran Islam di Eropa.(*)
--000----


Islam KTP Itu Hanya Ada di Film Sinetron


Bila dahulu, seringkali terdengar //guyonan// “Ah, kau kan Islam KTP.” Menunjukkan bahwa seseorang itu, hanya tercatat Islam dalam KTP (Kartu Tanda Pengenal-nya)  saja. Sekarang ungkapan itu tidak lagi kenyataan. Itu hanya ada dalam judul film sinetron saja. Dalam duania nyata kini seorang Islam ibadahnya makin kuat.
 Kesemua itu, bukanlah tidak terencana, melainkan kesadaran yang tinggi dari segenap penganut agama Islam kian tampak menguat dan makin militans. Makanya bila ada melihat orang tidak konsens dengan ibadah, atau ada pemahaman yang mengkerdilkan Islam maka kontan saja semua kata-kata tidak sedap diarahkan kepada mereka.
Lihatlah di setiap mall telah ada muncul kajian-kajian Islam. Kantor pemerintahan pun, bila dulu masjid tidak ada berdiri, kini makin diperluas. Bahkan bila pun bukan mesjid, namun ruang-ruang dluaskan untuk menampung jamaah yang hendak salat bila waktu – waktu salat telah dating.
Komuniatas-komunitas wanita, anak muda dan bahkan umum, kini telah membentuk kelompok kajian Islam agar ilmu agama mereka faham dan termasuk bagaimana cara beribadah yang benar. Ustadz dan da’I tidak lagi terlihat berpangku tangan. Mereka harus menyambut kehadiran ummah yang makin banyak untuk menuntuk ilmu agama Islam tersebut.
Semua merasa berdosa- bilamana tidak menyambut kebangkitan ini. Bahkan, ungkapan santun menyebar sebagai gambaran budaya Islam makin menyebar kesegenap hati ummah. Para pengktritik dipinggirkan, karena tidak membangun. Ummat Islam yang banyak dan jiwanya ditaburi kesadaran ini butuh kalimat dan kata-kata yang indah. Sebagai gambaran Islam adalah agama yang begitu santun dan beradap.
Semua pihak tentu dibutuhkan pemahaman dan pemikiran cerdasnya untuk mengantisipasi kebangkitan jiwa yang telah dihadiahi Allah hidayah ini, agar kenyamanan beragama makin terasa. Pemerintah pun tentu dibutuhkan mengambil peran untuk menhyediakan pendidikan Islam yang bias mengenalkan agama secara ilmu kepada masyarakat yang jumlahnya cukup besar ini.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar