Akhlak
& Drajat Kemanusiaan dalam Islam
Oleh : Bangun Lubis, M.Si
Wartawan/Dosen
Stisipol Candradimuka Palembang
Pada
hakekatnya Rasulullah Shollollohu’alaihiwassallam, diutus oleh Allh SWT di muka bumi ini dengan salah satu misinya untuk
menyempurnakan akhlak bagi semua umat. Pesan akhlak begitu agung tertera dalam
ayat demi ayat yang terkandung Al-Qur’an
dan al-hadist sebagaimana telah diajarkan
oleh Rasulullah kepada ummat manusia.
Bahwasanya
manusia hendaknya mempunyai akhlak yang mulia, adat-istiadat yang baik dan
perilaku yang bersih dan beradab adalah sesuai dengan kedudukannya di dunia ini.
Dan inilah yang sejak lama dan sejak berabad-abad ingin serta hendak dicapai
untuk menuju ketinggian fitrah dan derajat kemulian manusia, namun belum juga
secara nyata dapat mewujudkan cita-cita yang mulia itu.
Perhatian
Islam serta kesungguhannya untuk mewujudkan cita-cita kemanusiaan yang suci dan
mulia itu, dimaksudkan untuk menciptakan unsur-unsur yang kuat dan
pribadi-pribadi yang saleh yang dapat mengambil bagian dengan sepenuh hati dan
fikirannya dalam mempertinggi taraf hidup dan drajat kemanusiaan umat serta insyaAllah
memperoleh ridha Allah.
Sifat-sifat yang ideal bagi
tiap-tiap pribadi manusia ialah kejujuran, kesopanan, mengenal hak dan
kewajibannya, tidak mudah terbawa oleh hawa nafsu dan selalu berada dalam
suasana hidup yang bersih jauh dari keserakahan duniawi dan kekotoran jiwa.
Adapun sifat-sifat yang ideal bagi seseorang,
ialah keikhlasan tolong-menolong, keikhlasan berkorban untuk kepentingan umum
dengan menyisihkan kepentingan pribadi, adanya saling cinta yang ikhlas, setia
kawan atas dasar kebenaran dan lapang dada.
Tercapainya sifat-sifat ideal bagi
tiap-tiap pribadi dan tiap-tiap golongan umat akan membuahkan kehidupan yang
baik yang stabil dengan kemungkinan mencapai kedaulatan dan kepemimpinan
sebagai khalifah Allah di bumi. Inilah kehendak dan tujuan Islam bagi
manusia-manusia pribadi maupun bagi manusia-manusia sebagai golongan dan
umat.
Pesan Akhlakulkarimah
Rasulullah SAW bersabda.: “Sesungguhnya aku diutus oleh Tuhan, adalah
untuk menyempurnakan akhlak.” Kemudian dalam sabdanya yang lain Rasulullah
SAW mengatakan, sebagaimana tertulis dalam Buku Riyadhus Shalihin, yang ditulis
oleh Imam Nawawi, bahwa “Sesungguhnya
orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya.
(Al Hadist – Muttafaq alaih).
Rasulullah pembawa risalah Islam selain dengan
sabda-sabdanya dan tuntunan lisannya, merupakan tauladan yang baik dengan sikap
hidupnya dan tingkah lakunya sehari-hari di bidang akhlak dan
budi-pekerti.
Allah berfirman dalam Al Qur’an:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” (QS: Al-Qalam 4). Budi pekerti dalam
islam dinyatakan sebagai akhlak yang luhur yang memiliki derajat kemuliaan yang
tinggi, atau sebagai pertanda nilai moral
(moral values) yang baik. Berkata Siti A’isyah r.a. dengan singkat
tatkala ditanya tentang akhlak dan budi pekerti Rasulullah saw.: “Akhlak Rasulullah dan budi pekertinya adalah
Al-Qur’an”. Artinya apa yang diperintahkan dan diajarkan Al-Qur’an
merupakan ahklak Rasulullah. Maknanya, bahwasanya segala sesuatu yang termaktub
dalam Al Qur’an adalah tuntunan kemuliaan untuk mencapai derajat kemanusiaan yang
tinggi disisi Allah SWT.
Bahkan dari Abu Hurairah ra ia
menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi
pekertinya,……..”.(HR. Tarmidzi). Sabda Rasulullah ini tentu makin memperkuat pendapat bahwa
akhlak yang dalam hal ini budi pekerti yang baik, menunjukkan kesempurnaan iman
seseorang.
Anas ra, sebagaimana diktip oleh
Imam Nawawi dalam bukunya Riyadhus Shalihin, Anas ra menceritakan saat ia
menjadi pelayan Rasulullah selama sepuluh tahun. Dalam kurun masa itu, ia tak
pernah mendengar kata ‘ hus’ dari
Rasulullah. Atau ucapan .”kenapa kamu berbuat
seperti itu,” atau ,”kenapa kamu tiak
berbuat seperti itu,” ( Mutrtafaq alaih). Demikian halus prilaku yang
dicontohkan Rasullullah SAW sebagai teladan bagi ummat manusia untuk mencapai pri
kehidupan yang paripurna.
Prilaku Lemah Lembut
Firman Allah dalam Al Qur’an yang artinya
kira-kira: “Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka ber- tawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran : 159).
Quraish
Syihab dalam Tafsir Al Misbah, menyinggung soal ayat Ali Imran
tersebut, menerangkan sesungguhnya Allah SWT. mencontohkan pendidikan bagi manusia
dan seluruh alam, ayat ini juga menerangkan
tentang pentingnya sikap lemah lembut dan tidak bersikap keras dan kasar terhadap
sesama. Pesan akhlak yang begitu kuat terlihat dalam ayat ini. Ajaran tentang
musyawarah untuk menentukan keputusan bersama dan bertanggung jawab atas keputusan yang sudah
dibuat dengan lapang dada terekam secara jelas. Dalam satu Hadist dikumukakan bahwa, 'Seorang hamba tidak
menyempurnakan hakikat keimanan sebelum ia meninggalkan pertengkaran, walaupun
ia pihak yang benar. (Bihar al-Anwar, jil.2, hal. 138). Pertengkaran adalah
perkara yang melanggar akhlak. Karenanya, prilaku yang sering terlihat dalam
kehidupan sehari-hari seperti dipertontonkan para pemimpin ternyata bukanlah
suatu hal yang berkenan dengan prilaku akhlakulkarimah yang dicontohkan islam
sebagaimana dalam Al Qur’an dan Hadist.
Pemberian
hormat sebagaimana dicontohkan dalam Firman Allah dalam Al Qur’an adalah
menyontohkan ahlak yang baik.”Dan apabila
kamu dihormati dengan sesuatu (salam) penghormatan maka balaslah penghormatan
itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu yang sepadan)
dengannya. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatunya.” (QS; An
Nisa’: 86). Pun pada ayat Al Baqarah:83 memberikan contoh, “……dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua,
kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik
kepada manusia………”. Demikian indahnya islam dalam berakhlak.
Islam
memberikan pelajaran bagiamana seseorang berlaku halus dalam bertuturkata dan
sopan serta tidak mengeraskan suaranya dalam berujar serta berprilaku. Sebagaimana
diterangkan dalam kisah orang-orang arab yang jahil pada masa Rasulullah maka
turunlah ayat yang melarang orang-orang
beriman untuk tidak meninggikan suaranya melebihi Nabi SAW. “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu
meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara keras, sebagaimana kerasnya suara sebagaian kamu terhadap yang
lain. Nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.”
Sesungguhnya orang-orang yang
,merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang yang telah diuji
oleh Allah untuk bertaqwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”(Al
Hujurat : 2-3). Dalam islam suara yang lemah lembutlah yang dicontohkan dan
suara menjadi barometer menunjukkan akhlakulkarimah dan kepribadian yang baik. Wallohu’alam.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar