Senin, 08 Februari 2016

Pers Islam, Diantara Profesionalisme dan Dana



*Oleh : Bangun Lubis


Era Liberalisasi dan kapitalisasi yang makin mencengkram masyarakat dunia dan cenderung ‘jahil’,  adalah tantangan sekaligus peluang bagi syi’ar Islam (dakwah Islamiyah). Para ulama dalam berdakwah,  harus mampu menyesuaikan diri dan memanfaatkan teknologi yang sarat akan sarana-sarana yang canggih, seperti media cetak, televisi, radio, film, majalah, surat kabar ataupun sarana informasi  ini.
            Dakwah, penyebaran informasi dan kontrol sosial merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pers, sebagaimana fungsi pers itu sendiri terhadap masyarakat. Pers Islam sebagai media dakwah, tentunya tidak dibatasi pada sisi kepentingan semata. Mengingat banyaknya lapisan kultur, budaya dan agama di Indonesia, maka pers Islam juga bisa menyesuaikan dengan pasarnya.
            Terlepas dari kemasan ataupun tampilan, keberadaan pers Islam di Indonesia sebagai media dakwah sedikit banyaknya telah berperan aktif dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Pers Islam di negeri ini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata orang santrian, ulama, namun mereka yang profesional lainnya juga memperhatikan itu. Maka kita harus membatasi, mana yang memang membawa kepentingan umat Islam dan mana yang tidak. Dalam arti, menghindari pers Islam yang hanya berorientasi pada kepentingan bisnis dan pasar semata.
            Pers Islam adalah pers yang menyatakan dirinya sebagai Islam dan menggunakan atribut formal Islam dengan menggunakan prinsip-prinsip Islam baik dari segi redaksional, manajemen maupun pengelolaannya, dan yang berisi ajaran Islam itu sendiri.  Karakteristik Pers Islam Pers Islam merupakan salah satu upaya dakwah Islamiyah, harus dapat dibedakan dengan pers pada umumnya. Misalnya dari sisi ideal sebuah media, pers Islam harus mempunyai karakteristik sebagai upaya dakwah bil qalam yang utama harus mengemban misi amar ma’ruf nahi munkar.
            Menyebarkan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT.  Berusaha mempengaruhi khalayak agar berpihak sesuai ajaran Islam yang haq.  Senantisa menghindari berita sensai dan pornografi dan pornoaksi. Menaati kode etik jurnalistik sebagaimana juga pers pada umummnya. Menulis dan melaporkan yang dilakukan secara jujur, tidak memutarbalikan data dan fakta yang ada.

Tak Ada Dana
            Pers Islam di Indonesia Jika dilihat secara gamblang tidak berjalan secara baik, kendati dikelola secara profesional. Persoalnnya terletak pada segi pemasaran, maupun manajemennya usaha periklanan. Meskipun masyarakat Indonesia mayoritas Muslim, namun eksistensi pers umum lebih dominan daripada pers Islam. Ini sebenarnya sangat memalukan sekaligus sangat ganjil. Umat Islam tidak bersedia membeli produk perss seperti cetak atau media lainnya yang yang mengetangahkan doal kajian keIslaman. Ini gejala aneh.
            Bila mengutip, Dja’far H Assegaf, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia dan Tokoh Pers Indonesia, menyebutkan faktor yang mengakibatkan lemahnya dan terpinggirkannya pers Islam antara lain,  kurang dan lemahnya dukungan dana dari pengusaha atau orang yang berduit dari kalangan Islam,  Lemahnya manajemen akibat atau kurang profesionalnya pengelola, sehingga gaya bahasa, teknik penulisan, pemilihan dan pemilahan topik serta tampilan produk yang kurang menarik perhatian dan minat pembaca.
            Masih lemahnya kesadaran informatif umat Islam akan masalah-masalah keIslaman. Mereka lebih tertarik informasi non Islam atau lebih senang membaca atau membeli pers umum daripada pers Islam. Dan beberapa survei yang mengungkap, bahwa yang menjadi faktor penghambat perjalanan pers Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:  Masalah rendahnya kesadaran umat Islam akan informasi berkaitan dengan tingkat pendidikan umat Islam, sebagai penduduk mayoritas Indonesia.
             Banyak pers Islam yang beroperasi dengan dana seadanya, bahkan beberapa pers Islam mengaku bahwa kehidupan surat kabar mereka sangatlah tergantung pada sumbangan pribadi, tokoh-tokoh, donatur dan pengusaha Muslim yang bersimpati, namun banyak yang tidak bersimpati. Ini aneh.
             Masalah manajemen rata-rata media massa Islam yang masih mengandalkan menajemen dan pemasaran modern yang belum dipraktekkan oleh sebagian besar pengelola pers Islam. Proses rekruitmen sumber daya manusianya belum memahami pengelolaan bisnis pers yang mengetengahkan Keislaman.  Bisa jadi karena motif idealisme belaka lebih menentukan dari pada motif profesionalisme dan idealisme yang kompromistis dalam perekrutan seseorang menjadi wartawan atau reporter.

Harus Didukung Umat
             Beberapa pemerhati dan pembaca media massa Islam mengeluhkan adanya kecenderungan yang berlebihan dalam menyajikan berita-berita yang bersifat menggugah. Sehingga berita lebih mengedepankan kesadaran emosional ketimbang berita-berita yang menyentuh rasionalitas. Selain itu rendahnya kualitas media massanya dalam hal penulisan, bahasa, dan daya tarik lainnya. Akibatnya peminat media massa Islam tidak berkembang.
            Melihat realita tersebut, menuntut pengembangan profesionalisme pers Islam di Indonesia, sehingga masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan dari pers Islam di Indonesia, khususnya dalam pengaktualisasikan dan kemampuan menangkap angel (penyokong pergerakan) yang tepat serta keterbukaan pers Islam menerima kekurangan yang ada, yang juga dapat berarti menerima perkembangan kehidupan yang berjalan yang disesuaikandengan agama dan bagaimana pemahaman masyarakat. Sehingga dapat tercipta kondisi pers Islam, yang sehat, aspiratif, professional dan kondusif bagi dinamika perkembangan umat Islam di Indonesia dan tentunya agar dikonsumsi (dibaca, didengar dan dilihat) serta disukai oleh khalayak.
            Ada kata bijak yang diinginkan para tokoh Islam, pers Islam jangan lupa mengetengahkan  karya jurnalistik yang menpunyai orientasi untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam, dan merupakan pers yang membawa misi amar ma’ruf nahi munkar, menyerukan umat Islam kepada keindahan ajaran Islam atau yang haq dan dan berusaha meniadakan yang bathil.        
Misi amar ma’ruf tersebut tertuang dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110 ‘” Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.....”.
Dalam realita di Indonesia, masih ditunggu pers Islam yang professional. Sehinnga dibutuhkan upaya untuk membangun  sistem manajemen professional.  Sebagai dakwah harus istiqomah dan efektif. Kendati demikian  hedaklah dukungan masyarakat harus menjadi satu yang terpenting untuk mengembangkan produk pers Islam Indonesia tersebut, agar bisa hidup. Membelinya saja sudah ikut menyebarkan dakwah dan itu adalah amal yang sangat tinggi dan mulia dalam berjihat menyeru kepada kebaikan. Jangan sampaia Pers Islam Hidup Segan Mati Tak Mau.(*)
                   *PU/Pemimpin Redaksi Media Islam As SAJIDIN & MAKLUMATNEWS.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar